Berhembus kencang bagai badai, isu
RUU Permusikan langsung mendapat reaksi dari penggiat musik, mulai dari yang
non-label, side stream-label sampai major label. Semua berpendapat sama, yaitu
menolak adanya pengaturan dalam bermusik. Pada hakikatnya kebebasan bermusik
cukup dibatasi dengan hak orang lain, tidak perlu ada bentuk pengaturan yang
bertele-tele layaknya janji kedua kubu capres. Penolakan dilakukan dengan kampanye
melalui tagar tolakruupermusikan, video penolakan dan petisi untuk melawan
kesewenangan ini. Bergelora melihat orang-orang kreatif dalam permusikan
melakukan perlawanan dengan keras terhadap si Hijau…
Aku menyoroti salah satu pasal
paling berengsek, bukan pasal masalah sertifikasi pemusik, tailah itu mau
sertifikasi apa tidak, musik tetap musik dan gigs kami takkan pernah padam!
Pasal yang dimaksud berada pada BAB II terkait Kegiatan Permusikan bagian kedua
Proses Kreasi pasal 5 yang berbunyi:
Dalam melakukan Proses Kreasi,
setiap orang dilarang:
a.
mendorong
khalayak umum melakukan kekerasan dan perjudian serta
b.
penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
c.
memuat
konten pornografi, kekerasan seksual, dan eksploitasi anak;
d.
memprovokasi
terjadinya pertentangan antarkelompok, antarsuku, antarras, dan/atau antargolongan;
e.
menistakan,
melecehkan, dan/atau menodai nilai agama;
f. mendorong
khalayak umum melakukan tindakan melawan hukum;
g. membawa
pengaruh negatif budaya asing; dan/atau
h.
merendahkan
harkat dan martabat manusia
Sebenarnya, pasal karet ini sudah
ada di UU yang lainnya, yang terkenal UU ITE. Sudah berapa kepala yang menjadi
korban bukan? Ya kebodohan mendasar masyarakat di Indonesia memang mengakar,
tak peduli sesuatu sebelum hal beracun itu menyerang secara spesifik ke
individunya. Banyak memang musisi yang sudah peduli dan melawan dari sejak
dulu. Tapi juga tidak sedikit yang baru sadar dan mulai bergerak karena RUU
Permusikan ini. Terlihat bukan siapa yang memiliki aksi dan sekedar reaksi?
Tapi setidaknya sekarang musisi
menemui musuh bersama, tentu akhirnya kami para pencari nafkah atau sekedar pemain
gitar di studio pinggiran memiliki tujuan yang sama.
Seni merupakan buah akal, takkan
bisa kau kekang sampai ajal, jalan terjal dan senjata kami siap jajal dengan
berjuta rudal kami tembakkan ke muka kalian para badut pencinta anal. Kami
lahir dari berbagai macam jurnal, mulai dari pinggiran aspal sampai megahnya
kastil astral, dan kalian coba bentuk satu dajal yang mengelabui layaknya
amikal, kalian kira kami tak berakal? Amoral!
Pict: Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan
Teks: Syah Ryan Anwari