Maadat Mambudaya adalah sebuah acara kesenian yang membawa dan memperkenalkan kembali adat istiadat Kalimantan yang meliputi seni pertunjukan musik dan tarian khas Dayak kepada masyarat yang lebih luas. Maadat Mambudaya berlangsung pada tanggal 19 Juli 2024 di kawasan wisata Kota Lama Banjarmasin.
Maadat Mambudaya dibuka dengan pertunjukan musik dari Pancar IX dengan menyanyikan lagu-lagu khas Kalimantan Selatan yang membuat para pengunjung yang terutama dari luar Kalimantan mengalihkan pandangan dan tertuju pada penampilan mereka.
Selain penampilan musik, Maadat Mambudaya juga menampilkan penari dari STB Uniska dengan membawakan tarian bernama Tari Sambut Bagirangan yang merupakan tarian zapin garapan baru dari Banjarmasin. Tarian ini menceritakan tentang penyambutan tamu dengan rasa hormat, syukur dan gembira. Kata bagirangan mengartikan gerak tari yang dibawakan dengan rasa riang gembira serta raut muka yang penuh kebahagiaan
Basape adalah permainan alat musik khas dayak bernama Sape yang dimainkan oleh Bima untuk menjadi pengiring musik pada tarian yang akan dibawakan. Para penari dari DAS Borneo yang digawangi oleh Poyang dengan pakaian khasnya semakin menarik perhatian pengujung untuk mendekat.
Tarian yang dibawakan pun beragam. Pertama, Tari Leleng kata "leleng" berasal dari bahasa Kenyah yang menggambarkan gerakan berputar-putar. Tarian ini menceritakan kisah tentang seorang gadis yatim yang sedang merasa kebingungan karena kekasihnya pergi dan belum kembali.
Kedua, Tari Datun Julut merupakan tarian atau kesenian masyarakat Dayak pedalaman Kalimantan Timur dari suku Kenyah. Menurut mereka tari ini ditampilkan pada saat setelah selesai masa panen sabagai tanda ucapan syukur, Selain itu, tarian ini ditampilkan pada upacara perkawinan dan bersih desa.
Ketiga, Punan Leto yang memiliki arti merebut perempuan. Tarian ini ditarikan oleh tiga penari dua penari laki-laki dan satu penari perempuan. Tarian ini selalu ditarikan acara- acara adat seperti pesta panen dan acara adat lainnya, karena memiliki makna penggambaran atau kekhasaan yang melekat dalam kehidupan masyarakat Dayak Kenyah.
"Harapanku semoga anak muda sekarang dan akan datang selalu menjaga dan melindungi serta membudayakan apa yang sudah leluhur berikan" tutur Bima.
Terakhir, Tarian Hudoq adalah tarian topeng yang ditampilkan saat membuka lahan atau menabur benih. Suku Dayak Bahau memiliki kepercayaan bahwa gerakan tarian yang ditunjukkan oleh penari akan membawa kesuburan pada benih tanaman yang mereka tanam di lahan. Selain itu, tarian Hudoq juga merupakan bentuk ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena diberikan sumber makanan berupa tanaman padi.
Meski budaya daerah yang mulai teralihkan yang pada umumnya tak sejitu dan setajam realitas dunia modern sekarang, namun musik dan tarian tetap mampu berperan sebagai pendukung suatu perubahan. Sifat universal misalnya, dimana kita tak wajib mengerti bahasa suatu daerah untuk dapat menikmati musik dari daerah tersebut. Sementara melodi, ketukan, irama, dan dinamika yang ada disesuaikan untuk mencerminkan pesan dan meningkatkan sengatnya pada pendengar. Masing-masing mengenggam makna yang berbeda dan lebih signifikan. Musik & tarian meresapi semangat dalam cara pandang bahwa sekedar kata-kata tanpa irama dan gerakan tidak akan mampu banyak berbicara.
Ditulis oleh : Fajar
Foto oleh : Ricky